Menilik Berdirinya Kedai Doeloe

Bangunan yang ditempati Kedai Doeloe merupakan bangunan bekas rumah dinas Kepala Bagian Bantalan Rel, Stasiun Kalisat. Alasan Frans memilih bangunan tersebut, yang pertama dikarenakan ia gagal menyewa tempat di dalam Stasiun Kalisat. Hal itu disebabkan karena ada masalah dengan tempat tersebut. Kedua, karena tidak ditemukan tempat lain. Dahulu bangunan bekas rumah Kepala Dinas Bagian Bantalan Rel, Stasiun Kalisat sempat terbengkalai sebelum dijadikan Kedai Doeloe. Tempat tersebut sering digunakan untuk mabuk-mabukan dan prostitusi. Sejak munculnya ide dari Frans untuk mendirikan Kedai Doeloe, maka tempat tersebut berubah menjadi tempat yang lebih baik.

Desain kedai yang diusung oleh Frans yaitu  desain interior klasik. Ide tersebut terinspirasi dari beberapa kafe yang berada di Jogja dan Malang. Bangunan Kedai Doeloe memiliki jendela berukuran besar dan kusen pintu bergaya kuno. Di Kedai Doeloe kita seperti diajak bernostalgia ke tempo dulu, di mana kita dapat menjumpai barang-barang kuno seperti sepeda onthel, piringan hitam, kamera analog, mesin ketik, radio, dan televisi jaman dahulu. Barang-barang kuno tersebut didapat oleh Frans dari door to door. “Aku nyari dari rumah kerumah. Dapat barang paling jauh dari Banyuwangi” ungkap Frans. Jika pengunjung datang ke Kedai Doeloe pada malam hari, nuansa klasik dari kedai akan lebih terasa. Efek dari lampu kedai yang temaram memberi kesan hangatnya suasana di Kedai Doeloe. “Saya suka suasana di sini, tempatnya juga nyaman. Kedai ini menggambarkan bagaimana Kalisat tempo dulu dan gambar-gambar yang ada di dinding membuat terlihat lebih unik.” ungkap Rifti salah satu pengunjung. Di Kedai Doeloe kita juga dapat menemukan koleksi buku yang bisa dibaca secara gratis baik oleh pengunjung kedai maupun warga sekitar. Buku tersebut berasal dari sumbangan Gerakan Perpustakaan Anak Nasional (GPAN).

Kedai Doeloe tidak menyediakan fasilitas WiFi karena Frans beranggapan jika terdapat fasilitas tersebut, maka kenikmatan minum kopi serta interaksi yang terjadi antar pengunjung tidak terjalin sempurna. Hal ini senada dengan yang dikatakan salah satu pengunjung, “Saya tidak masalah jika tidak ada fasilitas WiFi. Saya di sini mau ngopi bukan mau main game atau main HP. Saya cuma mau kumpul sambil ngopi tanpa main HP” ujar Zayn. Tetapi dalam hal ini Frans tidak melarang jika pengunjung ingin bermain game atau lainnya, selagi pengunjung mandiri mengggunakan data internetnya sendiri. Frans juga menyediakan fasilitas roll cable bagi pengunjung yang membutuhkannya.

Dalam menjalankan kedainya Frans dibantu salah satu rekannya, yaitu Iwan (21). Kedai Doeloe buka mulai pukul 08.00-24.00 WIB. Frans dan Iwan melayani pengunjung di kedai secara bergantian. Frans bekerja mulai pukul 08.00-16.00 WIB, sedangkan Iwan  mulai pukul 16.00-24.00 WIB. Frans melakukan berbagai cara untuk mengenalkan kedainya kepada masyarakat. Selain promosi dari mulut ke mulut, Frans juga menggunakan media sosial instagram. Ia merasa promosi usaha melalui media sosial cukup efektif dan efisien di era digital seperti saat ini.[]

Penulis: Endah Prasetyo

Editor: Nizzar Kusuma

Leave a Reply