Entrepreneurship bukan hal yang asing didengar di berbagai kalangan. Istilah tersebut berasal dari kata “Entreprendre” dalam bahasa Prancis, yang artinya melakukan sesuatu. Sementara, orang yang melakukannya disebut sosok entrepreneur.
Menurut Venkataraman (1997), entrepreneurship adalah bagaimana, oleh apa, dan dengan peluang konsekuensi apa membawa masa depan yang baik dan pelayanan yang ditemukan, dibuat, dan dieksploitasi. Kemudian, menurut Schumpeter (1934), entrepreneur adalah seorang innovator yang mengenalkan kombinasi baru dari sebuah sumber daya. Gartner (1988), entrepreneurship adalah peciptaan organisasi melalui proses dari munculnya organisasi baru.
Terdapat berbagai macam makna entrepreneurship yang disebabkan oleh disiplin ilmu dan pandangan yang berbeda-beda. Namun, secara umum ia merujuk pada laku inovasi dan menjalankan sebuah usaha bisnis. Laku tersebut dituntun oleh beberapa karakteristik. Seperti apa karakteristiknya?
Dalam buku “Pioneers In Entrepreneurship And Small Business Research” oleh Landstrom, seorang entrepreneur dinyatakan sebagai individual yang memiliki karakteristik kreatif, kompeten, dan bertertanggung jawab. Ia juga mempunyai sebuah vision dan merealisasikannya melalui sebuah tindakan, serta berani mengambil resiko. Seseorang dengan karakteristik seperti di atas, secara umum dapat disebut sebagai sosok entrepreneur.
Dunia di Tengah Epidemi
Saat ini dunia mengalami goncangan dari epidemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus bernama Corona. Covid-19 merupakan penyakit epidemi baru yang berasal dari China, dengan jenis penyakit influenza. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi antar manusia, maupun manusia dengan benda. Covid-19 telah menyebar di seluruh negara. Negara yang sangat kritis mengalami epidemi ini adalah China, Amerika Serikat, dan Italia. Sebelumnya, umat manusia pernah mengalami fenomena epidemi yakni Flu Spanyol, SARS, H1N1, Ebola, dan Zika. Secara umum epidemi yang pernah terjadi berjenis influenza.
Dalam artikel jurnal “A Balance Act: Minimizing Economic Loss while Controlling Novel Coronavirus Pneumonia” oleh Gong et al, dinyatakan bahwa epidemi membuat umat manusia mengalami suatu hal yang dinamakan Economic Loss atau kerugian ekonomi yang berdampak di tingkat mikro maupun makro.
Dampak tingkat mikro pertama dirasakan oleh individu. Dampak tersebut adalah hilangnya pendapatan, menurunnya kesejahteraan, dan menurunnya tingkat pendidikan. Kedua, dirasakan oleh perusahaan berupa perlambatan, goncangan pergeseran penawaran dan permintaan, hingga bangkrut.
Sementara, dampak tingkat makro dijelaskan sebagai terjadinya efek spillover regional. Epidemi membuat daerah terjangkit mengalami eksternalitas negatif yang membuat kerugian ekonomi. Hal ini terjadi akibat berubahnya perilaku manusia selama epidemi berlangsung, seperti: social distancing, physical distancing, karantina, dan lockdown.
Epidemi juga menjadi penyebab utama buruknya kesehatan di beberapa negara berkembang yang menghambat human capital accumulation dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Indonesia melalui proyeksi tahun 2020, menyatakan pertumbuhan ekonomi akan tetap stabil di angka 5% namun akibat epidemi angka ini akan menurun hingga 4%. Seluruh negara di belahan dunia juga mengalami perlambatan ekonomi yang lebih signifikan dari pada sebelumnya. Misalnya Amerika Serikat yang telah menurunkan tingkat suku bunga Fed untuk mengatasi keluarnya arus modal (out-flow) dan PHK secara massal.
Perubahan transformasi sosial yang dibutuhkan untuk mengatasi epidemi adalah kemajuan trobosan di berbagai bidang seperti ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Melalui inovasi yang dilakukan oleh sosok entreprenuer maka akan meningkatkan pembangunan di segala bidang tidak hanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika melihat bidang pendidikan misalnya, pendidikan mengalami kemunduran akibat tutupnya sekolah sebagai tindakan pencegahan dan pengendalian penyebaran epidemi. Mundurnya bidang pendidikan dapat diatasi melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis daring agar pendidikan terus berlanjut tidak berhenti dan mengalami kemunduran.
Mahasiswa dan Entrepreneurship
Mahasiswa berperan penting dalam mengatasi permasalahan yang ada melalui Tri Dharma perguruan tinggi yang terdiri dari: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa melalui displin ilmu yang mereka peroleh diharapkan dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Sebuah sikap sebagai sosok akademisi sekaligus entrepreneur.
Sementara, turut kita berikan sanjungan pada pahlawan kondisi saat ini yaitu para dokter, perawat, dan relawan masyarakat yang peduli akan korban terinfeksi Covid-19. Mereka adalah pahlawan juga sosok entrepreneur garda depan yang berani mengambil resiko.[]
Editor: Bagus