Hitam Putih Hidup

Mari merefleksi diri. Bahwa hidup adalah soal dualisme. Baik dan buruk. Bahagia dan sedih. Keramaian dan kesunyian. Kebersamaan dan kesendirian. Hitam dan putih. Yin dan Yang. Rwibhinnedha. Suatu kali kita berbahagia, bersenang-senang bersama orang-orang tercinta. Hidup terasa indah dan ringan. Tidak ada beban.

Lima orang yang sedang berlibur menaiki banana boat. Di tengah laut Pantai Utama Raya. Foto diambil pada tahun 2018 (Foto: Rizky Alfi/TB)

Namun suatu kali juga, hidup terasa berat. Kesendirian yang tidak diinginkan tiba-tiba muncul. Sunyi. Kesedihan tiba-tiba melanda. Di saat-saat seperti itu, justru kepala yang terasa ramai. Atau sebaliknya, keramaian yang tidak diinginkan tiba-tiba bergejolak. Kejenuhan melanda. Memaksa kita sejenak menepi. Menenangkan keramaian itu.

Seorang laki-laki tetap mengenakan masker di tengah pandemi yang hampir usai. Di sudut Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang. Foto diambil pada tahun 2021 (Foto: Rizky Alfi/TB)

Hidup memang seperti itu. Kita tidak bisa mengelak. Yang dapat kita lakukan hanyalah mencoba seimbang. Hitam tidak lebih banyak daripada putih. Putih tidak lebih banyak daripada hitam. Sekali lagi, hanya upaya yang bisa dilakukan.

Dua orang laki-laki paruh baya membincangkan sesuatu di gawainya dalam aktivitas menikmati kopi di teras rumah. Foto diambil pada tahun 2021 (Foto: Rizky Alfi/TB)

Apapun yang terjadi, berbincang dengan orang terdekat itu perlu. Pun mengakrabi alam. Menuangkan hitam yang terlalu banyak, lalu mengisinya dengan putih agar seimbang. Orang-orang terdekat akan menampungnya. Alam juga dengan sukarela menerimanya. Menukar hitam yang kita tuangkan dengan putih yang timbul dari cerita yang kita bagikan.

Dua orang perempuan. Ibu dan anak sedang bersantai ria disudut lapangan. Anak tersebut bertindak membelakangi ibunya. Dan Ibu mencoba mengabadikan dengan gawainya. Foto diambil tahun 2022 (Foto: Rizky Alfi/TB)

Yang terpenting adalah tetap hidup. Walaupun bertahan hidup adalah hal yang dialektis. Bagaimanapun, kata Marx, hidup harus dipertahankan walaupun mati taruhannya. []

 

Oleh: Rizky Alfi

Editor: Fatmawati, Rizqi Hasan

Leave a Reply