Till Death Do Us Part (Bagian 4)

Bukan kau yang seharusnya mati! Pusaran waktu tidak akan berakhir jika kau mati. Sekuat tenaga Adnan mengisi paru-parunya dengan oksigen saat kedua matanya berhasil terbuka. Ledakan itu seperti berasal dari dada dan membuat tubuhnya menyisakan keping daging dan darah. Beberapa menit pria itu merasakan tubuhnya, meyakinkan diri bahwa pagi ini ia masih hidup. Sulit untuk…

Read More

Till Death Do Us Part (Bagian 3)

“Seharusnya ini bukan mimpi, karena aku bisa merasakan sakitnya. Jelas ini bukan mimpi. tapi harus kusebut dengan apa?” Digerakkan tubuhnya untuk duduk dan meraih ponsel di meja samping ranjang, rasa nyeri menjalar di otot sekujur tubuhnya. Saat berhasil digenggam, jemari Adnan mulai menari-nari di permukaan datar yang bersinar. Mengetikkan deretan huruf dengan harapan mesin pencarian…

Read More

Till Death Do Us Part (Bagian 2)

Ruangan berpendingin udara seperti tidak memberikan pengaruh apapun. Bulir keringat sebesar biji jagung terus keluar dari pori-pori pelipis hingga mengalir membasahi sarung bantal. Tubuh yang masih berbaring itu terlihat kesulitan bergerak, matanya ke mana-mana tetapi masih terselimuti oleh kelopaknya. Jika bisa didengar, mungkin degup jantungnya sudah berdentang-dentang seperti jam kota yang memberitahukan waktu pada penduduk….

Read More

Till Death Do Us Part (Bagian 1)

Denting sendok beradu dengan cangkir menjadi satu-satunya suara yang memenuhi dapur. Benda metal itu berputar-putar membuat air berwarna merah cerah membentuk pusaran di tengah cangkir. Muka pria berusia seperempat abad itu masih menampakkan rasa kantuk dan kemalasan yang enggan untuk pergi. Dengan tidak fokus, air tehnya menciprat ke tangan. Sebuah decakan lolos dari bibirnya, diikuti…

Read More