Unit Kegiatan Mahasiswa Pers Kampus Tegalboto (UKMPK Tegalboto) kembali mengadakan kegiatan rutin Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) yang dilaksanakan pada hari Sabtu (11/5) bertemakan “ Pengembangan Keterampilan Penelitian : Mendalami Sumber-sumber data dan Verifikasi Fakta” dengan sebagai pemateri Aliansi Jurnalis Indonesia Jakarta dan jurnalis dari media tirto. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.17 WIB hingga siang hari bertempat di Gedung ISDB Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember.
Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman yang lebih baik dalam menghasilkan berita yang perdata dan aktual. Seperti yang disampaikan ketua panitia, Safitri, bahwa PJTL dilatarbelakangi oleh urgensi keterampilan penelitian dan verifikasi fakta yang mumpuni sangat dibutuhkan dalam era digital saat ini agar dapat menghasilkan tulisan yang akurat dan informatif.
Terdapat dua pemateri dalam pelatihan tersebut, yaitu Rizal Kurniawan sebagai wartawan Kolomdesa dan Nuran Wibisono dari Tirto.id.
Didampingi Ajeng Dwi Intan Febriana sebagai moderator, Rizal mulai menyampaikan materinya dan berdialog dengan peserta yang hadir. Ia menanyakan apakah peserta sudah pernah menulis feature dan tahu apa itu feature. Rizal kemudian menekankan bahwa ada satu karya feature yang wajib dibaca setidaknya sekali seumur hidup, yakni tulisan Jimmy Breslin yang berjudul ‘It’s an Honor’.
Menurut Rizal, features lebih mudah dimengerti daripada artikel ilmiah. Kemampuan yang harus dimiliki seseorang yang hendak menulis features adalah kemampuan storyteller, agar dapat lebih mudah menggambarkan peristiwa tersebut.
Dalam PJTL ini, Rizal menutup pemaparannya dengan kalimat, “satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, namun satu tulisan dan menembus banyak kepala” lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Selanjutnya, materi akan beralih kepada pemateri kedua.
Nuran Wibisono yang merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember, sebagai pemateri kedua dengan topik “Mobile Journalism”. Nuran menceritakan asal muasal ia mengenal mobile journalism saat berada di Tirto. Ketika itu Tirto masih tergolong media berita baru dengan konsep Slow Journalism. Konsep ini membuat mereka tidak mengikuti tren seperti media berita lainnya, sehingga di saat media berita lain sudah menerbitkan suatu berita tren, Tirto memutuskan untuk mengklarifikasi, menemui narasumber, dan mengumpulkan data terlebih dahulu.
Nuran kemudian menyebutkan tantangan membuat berita pada masa itu. Ia dan anggota Tirto lainnya melakukan riset tentang minat baca literasi orang Indonesia yang rendah. Hasilnya, minat baca masyarakat tidak seperti yang diduga dan ditemukan perubahan pada proses orang-orang dalam menyerap suatu berita.
“Format orang untuk mengonsumsi berita itu sudah berubah. Terutama anak-anak muda setelah kelahiran tahun 95. Mereka lebih menikmati suatu berita yang berbau visual dan tidak suka membaca tulisan yang panjang-panjang,” tukasnya.
Nuran juga menerangkan bahwa saat ini sudah ada lebih dari 150 juta masyarakat Indonesia yang menggunakan serta mengonsumsi informasi melalui gawai. Hal ini turut menjadi alasan Tirto untuk mengusung konsep mobile journalism karena mampu meraih banyak pembaca secara cepat dan compact.
“Mobile journalism, sederhananya memakai ponsel pintar untuk membuat konten jurnalistik. Makanya disebut mobile journalism,” tukasnya.
Usai sesi tanya jawab, acara dilanjutkan dengan praktik membuat flash news unggahan Instagram selama 30 menit untuk kemudian dilakukan kritik dan saran pada beberapa karya peserta.
Pelatihan jurnalistik tingkat lanjut (PJTL) ini berakhir pada pukul 14.00 WIB setelah penyerahan sertifikat dan cinderamata kepada pemateri.
Penulis: Syifa Alfita R. dan Risma Ayu A.
Editor: Fatmawati dan Alya Aurelia A.
Pers Tegalboto
Menuju Pencerahan Masyarakat