Jember-Tegalboto, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) merayakan Dies Natalis yang ke-60 dengan menggelar pertunjukan wayang kulit dan campursari di Pendopo FIB UNEJ pada Jumat (01/11/2024). Acara berlangsung meriah dihadiri oleh Wakil Rektor 3 UNEJ, Fendi Setyawan, Dekan FIB Prof. Nawiyanto, serta segenap dosen, mahasiswa, dan tamu undangan.
Dalam sambutannya, Dekan FIB, Prof. Nawiyanto menyampaikan bahwa pertunjukan wayang tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian FIB dalam melestarikan kebudayaan Indonesia. “Acara ini merupakan upaya untuk menunjukkan kepedulian FIB terhadap kelestarian dan memajukan kebudayaan Indonesia terkhusus budaya Jawa. Acara ini juga memberikan wadah khusus kepada para seniman untuk mengekspresikan keahlian mereka,” ujarnya.
Ikwan Setiawan, selaku ketua pelaksana acara Dies Natalis FIB ke-60 berharap semoga FIB bisa kembali mengadakan acara kesenian dan kebudayaan lainnya dengan tujuan supaya baik mahasiswa UNEJ maupun masyarakat luas dapat mengenal lebih banyak keunikan dari kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia. “Tujuan utama kita mengenalkan kepada mahasiswa UNEJ, karena banyak mahasiswa yang belum pernah menonton wayang secara langsung,”
Acara pertunjukan wayang dan campursari dimulai pada pukul 20.00 WIB dengan lakon “Wahyu Katentreman” yang dibawakan oleh dalang ternama di Kabupaten Jember, Ki Dalang Andik Feri Bisono.
Melalui cerita ini, penonton diajak memahami pesan-pesan kultural bahwa meskipun bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada banyak kondisi dan masalah, tetapi sebagai masyarakat tetap perlu menggalangkan upaya damai untuk tetap menjaga persatuan NKRI, salah satunya melalui kebudayaan. Penampilan wayang juga diiringi oleh musik campursari dari sanggar seni Dewa Budaya.
Mahasiswa yang hadir turut merasakan pengalaman berharga dari pementasan ini. Salah satunya adalah Claudyea Zuyyin, mahasiswa FEB yang mengungkapkan ketertarikannya pada pertunjukan tersebut. “Hal yang membuat pertunjukkan ini menarik adalah karena saya belum nonton wayang kulit secara langsung, dan malam ini menjadi pertama kali buat saya,” ujar Claudyea.
Senada dengan itu. Ridho, Mahasiswa FKIP, mengaku bahwa pertunjukan tersebut menjadi pengalaman pertama untuknya. “Awalnya tidak ada ekspektasi apapun ketika nanti datang ke sini, tapi ternyata pertunjukannya seru, karena saya sendiri cukup awam dalam hal budaya dan seni. Tema pagelaran wayang ini, “Wahyu Katentreman”, juga membuat saya semakin penasaran dan tertarik dengan acara ini,” terangnya.
Penulis : Nabinta Kurnia D.
Reporter : Shafa Salsabila R.
Editor: Haikal