Jember, tbpers.com – Di semester genap ini, seluruh Mahasiswa Universitas Jember angkatan 2022 diwajibkan mengikuti Test Of English as a Foreign Language (TOEFL). Hal tersebut diinformasikan melalui Bot Sister Telegram masing-masing mahasiswa.
Dalam pelaksanaannya, TOEFL dilaksanakan mulai Senin, 27 Februari 2023, sampai seluruh mahasiswa angkatan 2022 kebagian mengikuti tes. Sedangkan untuk tempat, tes ini dilaksanakan di Laboratorium Bahasa UPT Bahasa Unej dan fakultas yang memiliki laboratorium bahasa.
Menurut Unit Pelaksana Teknis Bahasa Universitas Jember (UPT Bahasa Unej) selaku penanggung jawab kegiatan ini, tes dilaksanakan guna mengelompokan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa. Nantinya, mahasiswa dengan kelompok kemampuan tinggi akan dipersiapkan untuk menghadapi program internasional kampus.
“Nanti akan ada penggolongan. Jadi bagi yang pintar-pintar, nanti akan diberi perlakuan khusus untuk program internasional universitas,” ucap Aan Erliana Fardani selaku Kepala UPT Bahasa Unej saat ditemui di kantornya pada Jumat, 3 Maret 2023.
Sedangkan bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris rendah, pihak kampus menganjurkan untuk mengikuti kursus. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa dapat memenuhi nilai minimal TOEFL untuk syarat wisuda kelak, yakni 450 untuk S-1, 475 untuk S-2, dan 500 untuk S-3.
Soal kursus, Aan menegaskan bahwa mahasiswa dapat mengikuti kursus di mana saja, tidak harus di UPT Bahasa Unej.
“Wajib kursus nggak ada, jadi kamu (mau) kursus di sini boleh atau mau kursus di luar boleh, yang penting kamu tes (TOEFL untuk syarat wisuda nanti) nilainya 450,” tegasnya.
Tes berjalan lancar, tetapi pada Kamis-Jumat, 2-3 Maret 2023, terjadi galat (error) pada sister Unej yang mengakibatkan tertundanya kegiatan.
“Alhamdulillah lancar, tapi pada hari Kamis dan Jumat kemarin terdapat gangguan sister. Jadi di-pending dulu pada hari itu,” ungkapnya.
Di sisi lain, terdapat keluhan dari beberapa mahasiswa yang telah melaksanakan tes. Keluhan itu ialah soal kurang nyamannya tes pada sesi listening. Sebab, terdapat beberapa masalah pada speaker yang digunakan.
Salah satunya ialah suara speaker pusat yang kurang keras. Hal itu menyebabkan mahasiswa menghidupkan speaker komputernya. Sehingga, suasana tidak kondusif karena suara speaker pusat bercampur dengan speaker komputer mahasiswa.
“Speakernya harusnya pakai yang speaker pusat, tapi banyak anak-anak yang menggunakan speaker pribadi. Jadinya suaranya ketika sesi listening kurang maksimal,” ujar Dewi Safitri, Mahasiswa FISIP yang melaksanakan tes di Fakultas Farmasi.
Senada dengan Dewi, Raul Fernando, Mahasiswa Fakultas Teknik yang melaksanakan tes di FIB juga mengatakan demikian. Menurutnya, speaker yang digunakan kurang keras saat sesi listening.
“Kendalanya hanya hanya saat listening karena tidak jelas dan suaranya kecil,” ungkapnya. []
Editor: Redaksi
Foto: Adi Faiq