Mengenal Kesenian Reog bersama Ujar x Sardulo Anorogo

Budaya menjadi salah satu ciri khas dari negara Indonesia yang tentunya harus kita jaga dan lestarikan. Oleh karena itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unej Mengajar melalui salah satu programnya, yaitu ujar for community, berupaya mengajak salah satu UKM di Universitas Jember yang bergerak dalam bidang budaya dan seni, yaitu UKM Reog Sardulo Anorogo untuk mengenalkan mengenai kesenian reog kepada adik-adik di salah satu SD binaan Unej Mengajar.

Unej Mengajar atau lebih sering disebut Ujar melaksanakan kolaborasi pengajaran dengan UKM Reog Sardulo Anorogo pada hari Sabtu (27/4) di SDI Miftahul Ulum, Kecamatan Sumberjambe. Ujar dan Sardulo Anorogo berangkat dari sekret UKM Unej Mengajar menuju ke SDI Miftahul Ulum atau MU mulai pukul 07.25 WIB bersama 10 rombongan sepeda motor. Perjalanan menuju MU cukup jauh karena membutuhkan waktu sekitar 30 menit, namun teman-teman Ujar × Sardulo Anorogo tidak patah semangat begitu saja walaupun mereka harus membawa perlengkapan kesenian yang cukup banyak dalam perjalanan tersebut.

Teman-teman Ujar × Sardulo Anorogo disambut dengan hangat oleh adik-adik MU ketika baru memasuki halaman. Hal itu semakin menambah semangat mereka dalam mengenalkan budaya reog.

Ujar × Sardulo Anorogo pertama-tama menyiapkan semua hal yang berkaitan dengan pengajaran, setelah selesai persiapan proses pembelajaran dibuka oleh Sobat Pengajar 13, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan diri dari UKM Reog, setelah itu langsung memasuki kegiatan inti yaitu pemaparan materi tentang reog.

Pemaparan materi ini diawali dengan sejarah reog. Reog adalah kesenian asli yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Cerita Reyog Ponorogo dimulai dengan Raja Kelana Sewandana yang ingin mempersunting Dewi Ragil Kuning, putri Kerajaan Kediri. Namun, Raja Kediri, Singabarong, menghalangi langkahnya dengan pasukan hewan-hewan seperti singa dan burung merak. Raja Kelana bersama wakilnya, Bujanganom, dan para pengawalnya, warok, melakukan perjalanan untuk melawan Raja Kediri. Dua belah pihak kemudian bertarung, memperlihatkan kekuatan gaib mereka. Setelah beberapa hari pertempuran, raja Kediri dan Bantarangin akhirnya berdamai, dan raja Bantarangin menawarkan putrinya Dewi Ragil Kuning kepada Raja Kelana. Pertempuran antara pasukan burung merak dan singa melawan warok ini kemudian dijadikan pertunjukan seni, mencerminkan konflik antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin dalam kesenian Reog Ponorogo.

Di samping berbicara mengenai sejarah, UKM reog juga mengenalkan tokoh-tokoh penting yang berperan dalam kesenian tersebut, yaitu Prabu Kelana Sewandana sebagai Raja Bantarangin, Singabarong sebagai Raja Kediri yang di atas kepalanya bertengger burung merak, Bujangganong sebagai patih Prabu Kelana Sewandana, warok sebagai pengawal Prabu Kelana Sewandana, dan jathil sebagai pelengkap kesenian reyog yang diperankan oleh wanita.

Penyampaian materi tentang kesenian reog telah usai, selanjutnya adik-adik diajak menonton video penampilan UKM Sardulo Anorogo dalam Festival Nasional Reog Ponorogo XXVI, adik-adik tentunya terlihat antusias dan senang, bahkan tidak sabar untuk segera memeragakan beberapa gerakan yang ada, kemudian UKM Sardulo Anorogo memberikan beberapa kuis tentang apa yang sudah dipelajari, ternyata adik-adik MU menangkap materi dengan baik sehingga semua yang ditanyakan dijawab dengan benar dan mereka semakin riang gembira ketika mendapat reward setelah menjawab pertanyaan yang ada.

Proses pembelajaran tidak berhenti sampai di situ saja, setelah selesai istirahat, Faqih dan Diva, anggota UKM Reog Sardulo Anorogo mengenalkan alat musik yang ada di Reog, seperti gendang, slompret, kenong, angklung, gong, dan lain-lain. Mereka juga mempraktekkan bagaimana cara bermain slompret dan juga mengajak adik-adik untuk bermain angklung, setelah mengenalkan alat musik, Faqih dan Diva menampilkan gerakan tari tokoh-tokoh yang ada di reog, seperti ganongan dan Prabu Kelana Sewandana, kemudian dua anggota UKM Reog tersebut memanggil beberapa anak untuk mengajari mereka gerakan yang telah didemonstrasikan tersebut.

Acara demi acara sudah dilalui bersama, tak lupa mereka semua melakukan foto bersama sebelum pulang sebagai kenang-kenangan. Acara berjalan dengan lancar dan efisien, ketua UKM Reog, Faqih merasa senang bisa berkolaborasi dengan ujar, “Kami sangat senang sekali tentunya dapat berkolaborasi dengan ujar, kemudian antusias dari adik-adik MU membuat kami merasa sangat bersemangat untuk menyampaikan materi mengenai kesenian reog,” imbuhnya pada Sabtu.

UKM ujar pun turut senang dengan kehadiran UKM Reog di Miftahul Ulum, “Kami dari UKM ujar sangat berterima kasih kepada UKM Reog yang telah bersedia untuk berkolaborasi dengan ujar, mungkin kami tidak bisa memberikan balasan yang banyak kepada kalian, tetapi semoga dengan adanya kolaborasi ini bisa menambah manfaat di antara komunitas kita berdua,” ucap Evia Afkarina selaku direktur UKM Ujar.

Editor: Haikal F

Pers Tegalboto

Menuju Pencerahan Masyarakat!

Leave a Reply