Jember, tbpers.com – Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (Imasind) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB Unej) kembali menggelar pementasan tahunan Teater Akbar pada Sabtu (14/10/2023) malam, bertempat di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Naskah yang dipentaskan kali ini ialah “Mimpi-Mimpi” karya Abdoel Aziz, berkisah tentang sekelompok orang dengan gangguan mental yang tinggal di rumah sakit jiwa. Setiap karakter yang ditampilkan merupakan representasi dari mimpi dan juga realitas.
Pertunjukan teater dibuka dengan nyanyian Pedro, tokoh utama yang mengidap skizofrenia. Karakter anak kecil yang kehilangan sosok Emak dalam hidupnya itu berhasil membuat penonton merasa merinding dengan nyanyian khasnya. Ia seperti memiliki dunia sendiri yang tidak bisa disentuh oleh hal-hal dari luar.
Sutradara Teater Akbar 2023, Adinda Ravilia Putri, memaparkan bahwa “Mimpi-Mimpi” sudah pernah ia tampilkan sebelumnya, tetapi dengan pembacaan yang berbeda. Dalam Teater Akbar 2023 ini, Dinda memiliki persepsi baru mengenai unsur surealisme yang terdapat dalam cerita. Menurutnya, unsur tersebut akan bagus jika ditampilkan dalam pertunjukan teater kali ini.
“Si Pedro yang mengidap skizofrenia dan sindrom megalomania itu membuat dia merasa besar, eksistensinya sangat ingin ditonjolkan. Akhirnya aku menemukan pembenturan antara moral dan pengetahuan, juga dunia nyata dan dunia mimpi. Karakter dengan profesi berbeda itu tadi yang ngebawain dunia mimpi, sementara Emak membawa Ciner, yang melambangkan sebuah moral dan kemurnian,” papar Dinda.
Proses pra-produksi dikerjakan dengan teliti, baik oleh tim kreatif maupun produksi. Mengundang penulis naskah, Abdoel Aziz, Imasind membedah naskah guna mendapatkan kesamaan persepsi dalam tim. Tak hanya itu, bedah naskah kedua juga dilakukan dengan mengundang Dosen Sastra Indonesia Unej, Abu Bakar Ramadhan Muhamad, untuk menguatkan pembacaan tim terhadap naskah.
Pemimpin Produksi, Bagus Zainur Rozikin, mengungkapkan kelegaannya saat pertunjukan teater dapat terlaksana dengan baik. Menurutnya, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari kerja sama seluruh panitia dan koordinasi yang baik antar tim produksi dengan tim kreatif.
“Kami saling menyatukan suara, menyatukan tujuan bahwasannya proker ini adalah milik kita bersama. Kita jauh-jauh hari sudah berkoordinasi, sutradara ingin seperti apa, lalu produksi juga ingin seperti apa, mulai dari pengelolaan hingga manajerial kegiatan,” ungkap Bagus.
Pertunjukan berlangsung selama kurang lebih selama 50 menit. Penonton yang memenuhi gedung PKM tak luput dari sorak dan tepuk tangan saat pertunjukan berakhir. Begitu pula saat sesi apresiasi berlangsung, cukup banyak yang memberikan kesan serta mengungkapkan kekaguman atas pertunjukan teater tersebut.
Diwawancara secara terpisah, Dhorivan Nabil, Mahasiswa Sastra Indonesia yang juga pegiat teater berkomentar, pertunjukan teater ini sangat menarik dan pantas diapresiasi. “Sedikit pembacaan saya tentang pertunjukan ini, yaitu suatu pertanyaan tentang identitas seseorang, identitas individu, yang setiap orang membutuhkan eksistensi ‘siapa aku?’ dan profesi-profesi yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh tersebut, seolah-olah ditawarkan untuk menjawab persoalan identitas,” jelasnya.
Pendapat lain datang dari Alya Aurellia Ananta, Mahasiswa Ilmu Sejarah yang juga menyaksikan pagelaran ini. Menurutnya, pertunjukan teater ini luar biasa, setiap aktor berhasil memerankan tokohnya masing-masing, sehingga ciri khas dari masing-masing tokoh dan juga karakternya tampak. “Ini merupakan teater yang kaya karena tidak secara gamblang menampilkan alur serta amanatnya, sehingga membuat kita bertanya-tanya, berpikir, dan menafsirkan dari sudut pandang yang berbeda-beda,” pungkasnya. []
Penulis: Cindy Virda
Editor: Rizqi Hasan