Tegalboto – Sistem Informasi Terpadu (SISTER) Universitas Jember merupakan sebuah aplikasi yang mengintegrasikan seluruh proses inti sebuah bisnis pendidikan, ke dalam sebuah sistem informasi yang didukung oleh teknologi terkini. SISTER juga didukung dengan QR Code yang digunakan untuk presensi kehadiran perkuliahan mahasiswa maupun dosen. Penggunaan QR Code memerlukan smartphone yang canggih dengan spesifikasi yang mumpuni agar dosen dan mahasiswa bisa presensi kehadiran di perkuliahan.
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) bersama dengan fakultas lainnya di Universitas Jember, mulai menerapkan QR Code pada semester gasal tahun akademik 2018/2019. “Dengan adanya QR Code ini, dosen dan mahasiswa semakin kerja dua kali” terang Okky mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia angkatan 2018. Kurang efisien dan tentunya menyusahkan, Okky sempat mengalami masalah presensi, Okky hadir dalam perkuliahan Bahasa Inggris namun di SISTER tertera alpa. Perihal presensi ini Okky mengadu ke pelayanan kelas agar kehadirannya dapat berubah.
Beberapa kendala yang mengakibatkan permasalahan terjadi lagi yaitu mahasiswa dan dosen harus menyambungkan smartphonenya ke Hotsptot UNEJ yang ada di setiap ruang perkuliahan. Hal ini harus dilakukan sebagai syarat kedua agar dapat melakukan scan QR Code. Kemudian biasanya juga terjadi masalah baru, yaitu terjadi error pada saat mengakses kehadiran. Terkadang ada mahasiswa maupun dosen lupa membawa smartphone, lalu mereka menghubungi pelayanan kelas untuk membantu melakukan presensi langsung di e-learning, tanpa harus melakukan scan QR Code. Untuk presensi lain juga sudah disediakan kertas yang nantinya ditandatangani baik oleh mahasiswa maupun dosen, hal ini merupakan sistem awal sebelum adanya presensi QR Code.
Masalah lain yang muncul dalam presensi selain penggunaan QR Code, yaitu presensidaring (online). Presensi online digunakan apabila dosen tidak dapat melakukan perkuliahan tatap muka dengan mahasiswa. Presensi ini mengharuskan para mahasiswa membuka SISTER melalui browser, kemudian log in ke e-learning, memilih mata kuliah yang telah dijadwalkan, dilanjutkan dengan memilih hadir (presen) dan tidak hadir (absen).
Henny, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2018, sempat mengalami kejanggalan saat melakukan presensi online. Saat waktu sudah menunjukan perkuliahan Speaking tepatnya 18.00-19.40 WIB, Henny tidak sengaja ketiduran, ketika bangun Henny sudah terlambat 10 menit untuk melakukan presensi dan sudah jelas tidak bisa melakukan presensi, kemudian dibukalah SISTER oleh Henny melalui smartphonenya, setelah dilihat kehadirannya tercatat hadir (presen).
Hal lain yang perlu di perhatikan terhadap penerapan QR Codeadalah kurangnya sosialisasi.
Menurut Eva, petugas pelayanan kelas FIB, hal pertama yang perlu diketahui oleh para dosen dan mahasiswa yaitu kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pusat terhadap penggunaan QR Code. Hal ini dapat berpengaruh kepada presensi setiap penggunanya. Karena pelayanan kelas sendiri hanya bisa mengubah presensi berupa izin dan sakit, sedangkan untuk mengubah alpa menjadi hadir hanya pelayanan pusat yang mampu mengubahnya. Pelayanan kelas diharuskan memiliki kesabaran ekstra untuk menjelaskan baik pada dosen maupun mahasiswa yang bermasalah dengan presensinya.
Disebut di dalam peraturan mengenai presensi QR Code bahwa setiap pengguna harus mengoperasikannya dengan tepat waktu, rentang waktu sampai selesai tatap muka dengan dosen. Apabila mahasiswa tidak dapat melakukan presensi, maka dosen dapat membantu. Untuk sakit dan izin termasuk dalam hadir di perkuliahan.[]
Penulis: Primadana
Editor: Endah Prasetyo