Seminar HKBN KORREK: Partisipasi Milenial Diperlukan

Jember, tbpers.com – Penanggulangan bencana tidak dapat dilakukan oleh hanya sepihak. Beragam unsur diperlukan guna melakukannya dengan maksimal. Salah satunya adalah masyarakat milenial.

Demikian disampaikan oleh Koordinator Lingkungan dan Pusat Kebencanaan Universitas Jember (Unej), Joko Mulyono. Menurut Joko, setidaknya ada enam unsur yang mesti terlibat dalam penanggulangan bencana. Unsur tersebut antara lain pemerintah, pengusaha, masyarakat, LSM, perguruan tinggi, dan media.

“Semuanya ini harus berperan aktif dalam mitigasi dan penanggulangan bencana,” tegasnya saat menjadi pemateri dalam Seminar Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) yang diselenggarakan oleh Korps Relawan Kampus Unej (KORREK) pada Sabtu, 3 Juni 2023 di Gedung Keluarga Alumni Universitas Jember (KAUJE).

Dosen Sosiologi itu menekankan, masing-masing unsur memiliki kelebihan yang dapat dimanfaatkan. Utamanya milenial yang sudah akrab dengan teknologi sejak lahir. Keuntungan tersebut diharapkan dapat mendorong lahirnya inovasi baru dalam penanggulangan bencana.

“Adik-Adik harus menempa diri. Manfaatkan kecepatan informasi dan teknologi,” tuturnya.

Lebih lanjut, Joko mengutip teori strukturasi Anthony Giddens, bahwa sebagai bagian dari masyarakat milenial, mahasiswa hendaknya menjadi agen. Mahasiswa harus bisa mengarahkan hasrat menggebunya untuk kemanusiaan dan kebaikan. Juga harus rasional dan pandai berkomunikasi, agar bisa mengajak masyarakat untuk sadar mitigasi bencana.

“Milenial harus pandai komunikasi. Kalau tidak, bagaimana kita bisa sosialisasi?” tandasnya.

Joko Mulyono (kiri) dan Suparno (tengah) sedang memaparkan materi dipandu moderator Amyuni Aulia (kanan) dalam Seminar Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) yang diselenggarakan oleh Korps Relawan Kampus Universitas Jember (KORREK) pada Sabtu, 3 Juni 2023 di Gedung Keluarga Alumni Universitas Jember (KAUJE). (TB/ADI)

Selain Joko, hadir juga sebagai pemateri Kepala Divisi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember, Suparno. Dalam acara bertajuk “Optimalisasi Peran Masyarakat Milenial Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Nasional” ini, Suparno memfokuskan materinya dalam hal penanggulangan bencana secara praktis.

Suparno lebih dahulu menyampaikan bahwa peran milenial, khususnya mahasiswa, sebenarnya sudah diatur dalam Permendikbud nomor 33 tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Undang-undang ini salah satunya bertujuan meningkatkan kemampuan sumber daya di satuan pendidikan dalam menanggulangi dan mengurangi risiko bencana.

“Kenapa sekolah perlu SPAB? Karena 75℅ waktu Adik-Adik dihabiskan di lingkungan pendidikan,” tuturnya.

Alumni Fakultas Teknik Unej itu juga menyampaikan bahwa setidaknya terdapat 16 potensi bencana yang harus diwaspadai di wilayah Jember. Salah satunya adalah tsunami. Ia memaparkan bahwa Jember berada pada posisi sesar tektonik yang setiap tahun mengalami penurunan 7-11 cm. Jika sesar ini bergeser, maka timbullah gempa. Pergeseran itu kemudian menyerap air, lalu mengembalikannya dalam bentuk tsunami.

Maka dari itu Suparno menyampaikan, terdapat sebuah teknik untuk menghadapi tsunami, yaitu teknik 20-20-20. Jika terjadi gempa selama 20 detik, segera cari tempat dengan ketinggian 20 meter, sebab air akan sampai daratan dengan perkiraan waktu 20 menit.

Terakhir, Suparno mengajak untuk segera melapor ke pihaknya jika menemukan kejadi atau potensi bencana.

“Segera informasikan kepada kami dengan menjelaskan 5W+1H kasusnya. Ayo kita berkolaborasi mewujudkan masyarakat yang siap siaga bencana,” pungkasnya.

Seminar yang dimoderatori Amyuni Aulia dan Ajeng sebagai pewara ini berakhir pukul 11.15 WIB seusai sesi tanya-jawab. Turut menghadiri acara, perwakilan anggota BPBD Jember dan UKM di lingkungan Unej. []

 

Editor: Fatmawati

Leave a Reply