Kolaborasi Media Dukung HKSR Remaja Melalui Program Power to Youth di Jember

Jember, Tegalboto – Tanoker Ledokombo, dan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia meluncurkan program Power to Youth pada Rabu (25/06). Program ini dirancang untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi tiga isu krusial, di antaranya pencegahan pernikahan anak, kehamilan yang tidak diinginkan, dan kekerasan berbasis gender dan seksual.

Mengusung tema “Kolaborasi Media dalam Membuka Tabir Tabu HKSR Remaja dan Mewujudkan Kebijakan yang Responsif terhadap Hak Orang Muda,” yang diharapkan menjadi wadah bagi remaja, khususnya remaja perempuan, untuk menyuarakan hak-hak mereka. Tujuannya agar mereka dapat mengambil langkah awal menuju masa depan yang terbebas dari praktik berbahaya di masyarakat.

Nurhadi, Project Manager Power to Youth Tanoker Ledokombo, menjelaskan pentingnya peran media. “Kegiatan ini bertujuan mendorong peran signifikan dari media, baik wawancara daring, termasuk pers mahasiswa, untuk menjadi ujung tombak dalam mengangkat isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) di tengah masyarakat dan komunitas anak muda,” ujarnya.

Dalam rangkaian acara tersebut, tiga topik utama menjadi fokus diskusi, masing-masing dipaparkan oleh pembicara yang ahli di bidangnya. Harapannya, pemaparan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendorong keterlibatan aktif peserta diskusi.

Salah satu topik menarik adalah Mengubah Narasi Mewujudkan Keadilan yang disampaikan oleh Ira Rahmawati, jurnalis Kompas.com. Ira menjelaskan bagaimana pendekatan media dalam mendukung keadilan gender dan keadilan reproduksi melalui pembangunan narasi publik yang progresif tentang HKSR remaja dan pencegahan kekerasan berbasis gender.

Setelah pemaparan, diskusi juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor antara media, komunitas, dan lembaga negara, untuk memastikan pemenuhan HKSR remaja secara menyeluruh dan adil.

Namun, tantangan masih kerap dijumpai di lapangan. Norma budaya dan sosial yang menganggap tabu pembahasan soal seksualitas dan kesehatan reproduksi menjadi penghalang utama. Minimnya akses terhadap informasi, kuatnya stigma terhadap isu seksual, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan institusi pendidikan membuat banyak remaja tidak mendapatkan pendidikan yang layak soal HKSR.

“Tantangannya mungkin soal budaya, karena isu ini masih dianggap tabu. Sehingga ada kesenjangan antara yang seharusnya dibicarakan dengan yang terjadi di masyarakat. Di banyak rumah, komunikasi terbuka antara orang tua dan anak masih sangat jarang terjadi. Banyak anak-anak yang terbuka soal HKSR justru dengan teman-teman mereka, bukan bertanya kepada ibunya,” ujar Nurhadi.

 

Penulis: Awier dan Ariel

Reporter: Subakhtiyar, Awiera, Ariel dan Laili

Penyunting: Anabela Septyana

 

Pers Tegalboto

Menuju Pencerahan Masyarakat

Leave a Reply