Menembus Batas, Menggapai Impian: Kisah Perjuangan Onggy Hianata dalam Film “Terbang: Menembus Langit”

Film Terbang: Menembus Langit merupakan film yang dirilis pada tahun 2018 dengan  genre drama biopik diangkat dari kisah nyata seorang pengusaha sukses keturunan Cina. Film ini dibuat untuk memperingati 20 tahun peristiwa Kerusuhan 1998.  Fajar Nugros ikut andil dalam pembuatan film ini sebagai sutradara. Tema utama film ini tentang perjuangan seorang pengusaha bernama Onggy Hianata untuk meraih cita-citanya. Penulis mendapatkan pesan dalam film bahwa hidup tidak hanya tentang kesuksesan, tetapi juga tentang berapa kali jatuh sebelum meraih impian.

Tokoh utama dalam film ini adalah Onggy Hianata yang diperankan oleh Dion Wiyoko. Peristiwa dalam film ini terjadi di dua lokasi, yaitu Tarakan pada mas kecil Onggy Hianata dan Surabaya saat ia dewasa. Film ini berlatar di tahun 1998 pada masa kehancuran pemerintahan orde baru yaitu masa ketika komunitas Tionghoa menghadapi diskriminasi, baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, maupun interaksi sosial. Film ini menunjukkan bagaimana Onggy harus menghadapi stereotip dan hambatan akibat identitasnya. Dalam konteks perfilman Indonesia, isu ini sering kali menjadi latar belakang cerita, tetapi Terbang: Menembus Langit menempatkannya sebagai bagian integral dari perjalanan karakter utama. Dengan demikian, film ini tidak hanya berbicara tentang pencapaian individu, tetapi juga memberikan refleksi tentang bagaimana masyarakat Indonesia memperlakukan kelompok minoritas dalam berbagai aspek kehidupan.

Film ini memberikan kesan mendalam dan membuka perspektif baru bagi penonton yang terjadi pada masa itu. Sebagai sebuah film biografi, Terbang: Menembus Langit menggambarkan perjalanan seorang individu dalam menghadapi berbagai hambatan hidup. Karakter Onggy Hianata digambarkan sebagai sosok pekerja keras yang tidak menyerah pada keadaan. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana di Tarakan dan harus berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan serta kehidupan yang lebih baik. Karakter Onggy memiliki tekad untuk pindah ke daerah kota yaitu Surabaya karena ia ingin memperbaiki taraf kehidupan keluarganya dan mencari peluang lebih baik di kota besar, walaupun ia tahu bahwa kehidupan di kota tidak semudah hidup di desa.

Common sense dalam film ini diwujudkan dalam bentuk hambatan dan tantangan sosial, seperti ekspektasi keluarga yang mengharapkan Onggy untuk mencari pekerjaan daripada mengejar impiannya yang berisiko, Diskriminasi kaum minoritas di Indonesia yang di tentang oleh Onggy dengan membuktikan kesuksesannya yang tidak di tentukan oleh latar belakang etnis, dan adanya anggapan bahwa keberhasilan hanya diraih dengan jalur yang mapan, tapi Onggy tetap berpegang pada keyakinannya sendiri. Bentuk perlawanan terhadap tekanan common sense terlihat dari karakter Onggy yang memutuskan untuk merantau ke Surabaya dan membangun bisnis sendiri. Perilakunya tidak hanya melawan ekspektasi masyarakat tetapi juga membuktikan bahwa keberhasilan bisa di raih dengan cara berbeda.

Para aktor memerankan karakter mereka dengan alami. Dian Wiyoko menampilkan acting yang natural dan emosional sebagai Onggy Hianata, dengan ekspresi dan gestur yang meyakinkan, cara bicara, gestur tubuh, dan ekspresi wajah yang mampu mengunggah emosional dan mental yang di alami oleh karakter ini. Laura Basuki sangat mendalami dalam memerankan Candra, aktingnya sangat meyakinkan dalam menampilkan peran istri yang penuh kasih sayang. Selain itu, terdapat aktor pendukung yang memberikan warna pada cerita yaitu Baim Wong, Ernest Prakasa, dan Deddy Sutomo. Baim Wong yang berperan sebagai sahabat Onggy di perantauan, memberikan sentuhan komedi sekaligus emosional dalam beberapa adegan penting. Ernest Prakasa yang turut tampil dalam peran kecil, tetapi tetap memberikan kontribusi terhadap nuansa film yang menggambarkan kehidupan komunitas Tionghoa-Indonesia. Deddy Sutomo sebagai ayah Onggy, yang meskipun hanya muncul dalam beberapa adegan, berhasil memberikan kesan mendalam dalam menggambarkan sosok orang tua yang penuh harapan tetapi juga realistis terhadap masa depan anaknya.

Film ini memiliki atmosfer emosional dan naratif yang baik didukung oleh sinematografi. Pencahayaan hangat yang digunakan dalam beberapa adegan memberikan perasaan nostalgia terhadap masa kecil Onggy, sementara pengambilan gambar dalam perjuangan yang dihadapi di kota besar menciptakan perasaan keterasingan dan perjuangan. Penyuntingan film ini juga cukup efektif dalam menggambarkan transisi waktu dan suasana karakter. Transisi dari momen-momen sulit ke adegan yang menggambarkan harapan dan kesuksesan adalah dinamika yang memastikan bahwa penonton terhubung dengan Onggy sepanjang proses.

Film Terbang: Menembus Langit karya Fajar Nugros mengandung banyak pesan yaitu hidup pantang menyerah dan hidup tidak hanya tentang kesuksesan, tetapi juga tentang berapa kali jatuh sebelum meraih impian. Interaksi antara kelas sosial dan aspirasi individu: Dalam cerita tokoh Onggy digambarkan tetap berpegang teguh pada keyakinannya dan tidak mudah percaya terhadap anggapan orang lain. Hasilnya ia dapat membuktikan kesuksesannya bukan dari etnis dan anggapan orang lain tetapi hasil dari usahanya sendiri. Onggy Hianata, sebagai karakter utama, menunjukkan bahwa perpindahan ke kota besar bukan jaminan kesuksesan, melainkan peluang yang harus dimanfaatkan dengan kerja keras, adaptasi, dan ketekunan. Selain itu, akting aktor serta teknis penyuntingan memperkuat emosional dan atensi penonton untuk ikut serta dalam merasakan suasana yang terjadi dalam film.

Tekanan common sense dalam Terbang: Menembus Langit, berfungsi sebagai tantangan sosial yang harus dihadapi Onggy Hianata dalam perjalanannya meraih kesuksesan. Alih-alih mengikuti jalur yang dianggap aman oleh masyarakat, ia memilih untuk menentang norma yang ada dan membangun jalannya sendiri. Dengan demikian, film ini tidak hanya mengisahkan perjuangan individu, tetapi juga memberikan refleksi tentang bagaimana seseorang dapat membentuk identitas dan masa depannya sendiri di tengah dinamika sosial yang menekan. Penulis sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton, karena mencangkup pesan kehidupan, film ini dapat membuka pandangan lebih luas terhadap etnis minoritas yang didiskriminasi pada masa tersebut.

 

penulis: Ardan Firdaus

penyunting: Laili Hikmiah

 

Pers Tegalboto

Menuju Pencerahan Masyarakat

Leave a Reply