Aku Tersinggung dengan Kamusnya
Kalau aku punya banyak
Aku mau menunggu
Kalau aku punya banyak
Aku mau mengerti
Kalau aku punya banyak
Aku mau berbagi
Kalau aku punya banyak sekali
Aku mau kamu juga tahu
Kamu juga punya banyak
Tapi kamu tidak terbaca
Kamu juga punya banyak
Tapi aku tidak mengerti
Kamu juga punya banyak sekali
Tapi kamu lebih damai ketika menyimpannya
Lekas, bagian mana yang ingin aku tangkap
Kamus mu penuh kan?
Kenapa tidak lekas todongkan saja pada ku?
Payah, begitu saja acuh!
Dia kikir atas keluhnya sendiri
Tidak satupun ditodongkan pada ku
Padahal seribu tawa akan ku jual, tapi tetap tak mau
Cih, pandai memikat, tapi kikir berbagi kamus
Saksi bisunya juga naas, tidak bisa menjadi “saksi”
Sebab setelah itu, aku tersinggung dengan kamusnya
Tertulis di sana “Buyar, lalu menghilang”
Aku? Aku bagaimana?
Buyar juga, tapi memopong seribu kamusnya yang ia acuhkan.
Bebas dari Kamusnya
Apiku sudah padam, tapi tidak dengan benakku
Tempo dulu selalu ingin membaca kamusnya
Konon, biar pun pondasinya ringkih
Cukup miliki kamusnya saja aku akan tetap satu arah
Cih, percuma ternyata
Kamusnya ia robek sendiri
Apa membuat judulnya terlalu mudah?
Saksi bisunya bergeleng “membuat judul, tapi dirobek”
Aku titip pesan pada saksi bisu, jangan dijuluki bodoh ya
Dia masih kamus kemarin sore
Pembacanya saja yang keterlaluan
Tidak tahu porsi!
Padahal masih se zaman
Angan angan pembaca selalu ingin apik
Menepi saja, tidak perlu buyar
Berbagi saja, tidak perlu ditabung
Terus terang saja, tidak perlu dirobek
Kamu berisik sendiri, aku tidak dibagi
Bodoh, kata saksi bisu
Ia menyuruh ku menyelami kamus kamus ku saja
Toh aku tidak pernah merobeknya
Biarkan dia suci
Lepas bebas, tidak menyatu dengan kamus mu
Jember, 4 Mei 2025
penulis: Shafa Salsabila R.
Ilustrasi: Ardhan Firdaus
Pers Tegalboto
Menuju Pencerahan Masyarakat