Film 1 Kakak 7 Ponakan merupakan film yang dirilis pada tahun 2024 dengan genre drama keluarga. Film ini diangkat dari sinetron klasik dengan judul yang sama pada tahun 1996 silam. Film ini disutradarai oleh Yandy Laurens yang terkenal dengan karyanya “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film”. Film ini menampilkan poster yang sederhana, yaitu seorang lelaki menggendong bayi di sebuah kamar dengan orang-orang tidur di sampingnya. Kesederhanaan yang ditampilkan dari poster tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi penonton.
Premis dari film 1 Kakak 7 Ponakan menceritakan perjalanan tokoh utama yaitu Moko, seorang mahasiswa arsitektur yang berbakat harus menghadapi perubahan besar dalam hidupnya. Ketika kakak dan kakak iparnya meninggal mendadak, Moko tiba-tiba diharuskan menjadi sosok ayah dan juga ibu bagi keponakannya. Keseharian Moko berubah drastis, dunia yang tadinya dipenuhi gambar arsitektural dan hitungan struktur berubah menjadi pelajaran mengganti popok, menyiapkan sarapan, dan mendampingi keponakannya. Ia harus menekan ego mudanya, menahan stres, dan beradaptasi dengan tangisan bayi, amarah remaja, serta tawa polos anak-anak yang penuh harapan.
Film ini berhasil dibangun dengan sangat epik, menghadirkan perpaduan sempurna antara cerita yang menyentuh dan produksi berkualitas tinggi. Salah satu elemen yang menarik perhatian adalah pemilihan soundtrack. Lagu dari Sal Priadi liriknya yang penuh makna dan melodi mendalam sehingga terasa begitu pas dalam menggambarkan perjalanan emosional para karakter. Setiap nada yang diputar seakan menjadi nyawa bagi adegan, mempertegas nuansa cinta, kehilangan, dan harapan yang menjadi inti cerita.
Dari sisi cinematography, film ini juga patut diacungi jempol. Pengambilan gambar yang apik, dengan komposisi warna dan pencahayaan, berhasil menggambarkan setiap momen dengan indah. Mulai dari close-up penuh emosi hingga wide shot memperlihatkan dinamika keluarga besar, setiap frame terasa seperti lukisan yang bercerita. Kamera tidak hanya merekam, tetapi juga ikut menyampaikan perasaan karakter, memperkuat pesan yang ingin disampaikan sutradara.
Tak kalah penting, akting para pemainnya begitu memukau. Moko yang diperankan Chicco Kurniawan, Fatih Unru tampil sebagai Woko, salah satu keponakan Moko yang memiliki karakter unik, sementara Freya JKT48 memerankan Nina, keponakan perempuan yang cerdas dan penuh semangat. Ahmad Nadif berperan sebagai Ano, anak yang lucu dan penuh rasa ingin tahu, sedangkan Kawai Labiba memerankan Ais, keponakan perempuan yang manis dan penyayang, dan juga Amanda Rawles berperan sebagai Maurin, kekasih Moko yang selalu setia mendukungnya di tengah perubahan besar dalam hidupnya. Setiap ekspresi, gerakan, dan dialog terasa natural, membuat penonton larut dalam cerita. Para aktor dan aktris berhasil menampilkan kompleksitas emosi dengan sangat baik, dari tawa hangat hingga air mata haru, memperkuat ikatan antara penonton dan karakter. Mereka tidak hanya berakting, tetapi benar-benar menghidupkan tokoh yang mereka perankan.
Film 1 Kakak 7 Ponakan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang arti keluarga, pengorbanan, dan cinta tanpa syarat. Melalui karakter Moko berperan menjadi seorang kakak rela berkorban, mungkin saja banyak Moko yang di luaran sana sedang berjuang demi keluarga. Film ini juga mengajarkan bahwa cinta keluarga tidak selalu mudah, tetapi selalu berharga. Setiap pengorbanan untuk orang yang kita sayangi, meski berat, sering kali membawa kebahagiaan yang tak ternilai. Di balik tawa anak-anak, kehangatan pelukan, dan dukungan tanpa pamrih, tersembunyi kekuatan yang mampu mengubah seseorang menjadi lebih baik.
Film ini berhasil menyentuh hati penonton dan menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai keluarga mereka, melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama, dan mengingat bahwa cinta adalah kekuatan terbesar yang kita miliki. Film ini memiliki rating 8,6/10 dari situs IMDb, sangat layak untuk kualitas film yang baik. Oleh karena itu, film 1 Kakak 7 Ponakan layak untuk menjadi tontonan saat mengisi waktu sengggang.
Penulis: Faris Eka P.
Penyunting: Anabela Septyana
Pers Tegalboto
Menuju Pencerahan Masyarakat